Militer Korea Selatan (Korsel) sedang melakukan penyelidikan intensif atas serangan hacker (pembobol situs internet) yang berhasil mencuri data rencana-rencana pertahanan rahasia dengan AS. Mereka menyebutkan serangan tersebut tak menutup kemungkinan dilakukan oleh Korea Utara (Korut). “Dugaan serangan ini terjadi akhir bulan lalu oleh staf Korsel tak mencabut sebuah USB (flashdisk) saat ia mengalihkan komputer militer dari akses rahasia menuju internet,” jelas juru bicara Menteri Pertahanan Won Tae-jae.
USB tersebut berisikan kesimpulan rencana operasi militer oleh Korsel dan tentara AS bilamana terjadi perang di semenajung Korea. Won mengatakan, dokumen yang dicuri bukan teks penuh dari rencana operasional, namun 11 halaman file digunakan untuk informasi kepada militer.
Won menambahkan, tak menutup kemungkinan jika Pyongyang terlibat dalam penyerangan hacker menggunakan IP address Cina. Kantor berita Yonhap juga melaporkan para hacker acapkali menggunakan IP address Cina. Namun disebutkan, keterlibatan Korut belum bisa dikonfirmasi langsung kebenarannya. Para staff di NIS (agen mata-mata Korsel) belum memberikan komentar apapun mengenai masalah ini.
AS menempatkan 28.500 pasukannya di Korsel untuk menakut-nakuti potensi ancaman agresi dari Korut. Dua Korea ini secara teknis masih dalam susunan perang karena Perang Korea 1950-1053 berakhir dengan genjatan senjata, bukan perjanjian damai. Kasus terakhir ini terjadi beberapa bulan setelah hacker melakukan serangan tingkat tinggi cyber attacks hingga menyebabkan macetnya web pada situs-situs yang digunakan AS dan Korsel. Situs yang terkena efeknya termasuk di Gedung Putih dan Blue House di Korsel.
Media Korsel menyebutkan, Korut unit perang dunia cyber dan mencoba menembus jaringan militer AS dan Korsel untuk mengumpulkan dana rahasia sambil mengganggu sambungannya. Rezim ini memiliki 500 hingga 1.000 spesialis hacker.