Kerusuhan Berdarah Pantai Gading Perang Saudara Pantai Gading Akibat Hasil Pemilu. Perebutan kekuasan di Pantai Gading (Ivory Coast) menyebabkan pembantaian massal warga sipil. Kerusuhan di Pantai Gading dalam beberapa hari terakhir kian mengkhawatirkan. Konflik itu dipicu perebutan kekuasaan dan telah menewaskan ratusan orang dan ribuan lainnya terluka. Baca Konflik Korut Vs Korsel Memanas Akibat Latihan Perang Warga Korsel Masuk Bunker Perlindungan dan Bocoran Dokumen Wikileaks BIN Santet Munir Ilmu Hitam Digunakan Badan Intelijen Negara BIN Bunuh Munir.
Jika masih berlanjut, kerusuhan berdarah di Pantai Gading negara Afrika bagian barat itu dikhawatirkan berujung pada perang saudara, yang juga akan melibatkan beberapa negara tetangga, seperti Angola dan Liberia.
Menurut kantor berita Associated Press (AP), kerusuhan berdarah itu terkait dengan hasil pemilihan umum 28 November lalu, saat Presiden Laurent Gbagbo dikalahkan oleh rivalnya, Alassane Outtara. Namun, Gbagbo menolak untuk mundur dan malah menggunakan kekuatan militer untuk mempertahankan kekuasaan.
Sementara itu, Outtara membentuk pemerintahan tandingan di sebuah hotel lokal yang dijaga oleh pasukan PBB dan tentara bekas pemberontak dari utara. PBB serta negara-negara lainnya memihak Outtara dan mengakui kemenangannya sebagai presiden terpilih Pantai Gading.
Perdana Menteri terpilih, Guillaume Soro, mendesak PBB, Uni Eropa dan Uni Afrika, serta negara-negara lainnya untuk turut campur menggulingkan Gbagbo.
“Jelas hanya ada satu jalan yang tersisa, yaitu kekuatan,” ujar Soro seperti dilansir AP, Rabu, 22 Desember 2010.
Gbagbo disebut-sebut telah melancarkan kampanye teror dengan menyewa tentara bayaran dari Liberia dan Angola. Sasaran mereka adalah tentara PBB dan warga sipil. Gbagbo bersikeras untuk tetap berkuasa, karena hukum di negara ini memungkinkan seorang yang kalah pemilu untuk menegosiasikan masa jabatannya.
“Kami menghitung korban tewas hampir mencapai 200 orang dan 100 lainnya mengalami luka tembak, 40 menghilang dan 732 ditahan,” ujar Soro.
Menurut laporan Human Right Watch dan Amnesty Internasional, sejak kerusuhan pecah, banyak wanita di Pantai Gading turut jadi korban. Mereka dipukuli, ditelanjangi, diserang dan diperkosa. Organisasi ini menuntut diberikannya dakwaan kejahatan perang bagi para pelaku.
Gbagbo memerintahkan semua pasukan PBB untuk hengkang dari negaranya, namun pasukan PBB yang memihak Outtara memilih tetap tinggal dan berjaga. Sekretaris Jenderal OBB, Ban Ki Moon memperingatkan akan adanya perang saudara akibat kerusuhan ini. Dia menyerukan campur tangan negara lain dalam permasalahan di Pantai Gading.
“Menanggapi hal ini, komunitas dunia tidak bisa diam saja. Tentara bayaran termasuk bekas pejuang di Liberia, telah direkrut untuk menyerang sekelompok orang dan populasi,” ujar Moon.
Menyusul kekerasan yang tidak kunjung surut, pemerintah Prancis memerintahkan 15.000 warganya yang berada di Pantai Gading untuk pulang sementara. Perintah pulang dari sebuah negara terjadi apabila ada keresahan internasional atau pembantaian warga sipil, hal ini pernah terjadi di Rwanda.
Pemerintah Amerika Serikat juga telah memerintahkan stafnya di Pantai Gading untuk pulang karena mereka menilai situasi semakin paran dan sentimen anti Barat mulai mengemuka. Selain itu, pemerintah Jerman juga memerintahkan warganya untuk pulang. vivanews.com
Kekacauan Politik, Kerusuhan Berdarah Pantai Gading, Penyebab Kerusuhan Pantai Gading, Perang Saudara di Pantai Gading, Hasil Pemilu Pantai Gading Rusuh, Video Kerusuhan Pantai Gading, Youtube Pembantaian Pantai Gading, Ivory Coast, Perebutan Kekuasaan