Karena hampir setiap perempuan mendambakan kulit cantik, maka beraneka produk perawatan kulit banyak ditawarkan. Sebagian di antaranya terdengar tidak masuk akal dan agak menjijikkan, salah satunya krim pelembab dari lendir bekicot.
Krim yang dikembangkan oleh Laboratorios Lissia di Colombia ini mengandung 20-80 persen ekstrak lendir bekicot. Bahan bakunya bukan dari bekicot liar, melainkan bekicot yang dibudidayakan di akuarium khusus agar menghasilkan lendir lebih banyak.
Lendir bekicot memang sejak lama dipercaya mengandung nutrisi tertentu yang bisa mengatasi efek penuaan. Nutrisi tersebut bisa melembabkan kulit, serta mengencangkannya sehingga dapat menyamarkan kerutan-kerutan di permukaan wajah.
Kandungan penting yang terdapat dalam lendir bekicot antara lain glycosaminoglycan (GAG) yang mengikat senyawa copper peptide di dalamnya. Secara teori, kedua senyawa ini memang sama-sama bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kelembaban kulit.
Glycosaminoglycan merupakan sejenis karbohidrat yang memegang peran penting dalam menjaga jaringan penghubung antar sel sehingga kulit selalu tampak lebih kencang. Senyawa ini juga termasuk komponen penyusun hyalorunat, yakni senyawa yang menjaga kelembaban kulit.
Sementara copper peptide merupakan senyawa yang merangsang pembentukan kolagen di kulit. Berbagai penelitian membuktikan, copper peptide memegang peran penting dalam proses penyembuhan luka yakni merangsang pembentukan sel-sel baru untuk menggantikan sel yang rusak.
Meski demikian, beberapa penelitian yang lain mengungkap efek samping dari penggunaan copper peptide secara berlebihan. Bukannya menghaluskan kulit, penggunaan yang berlebihan justru memicu produksi metalloproteinase yang melemahkan jaringan kulit sehingga tampak kendur.
Dikutip dari The Sun,krim bekicot yang dipasarkan dengan harga sekitar Rp 139.000 tiap kemasannya ini bukan satu-satunya produk unik yang dikembangkan Laboratorios Lissia. Sebelumnya, laboratorium kecantikan ini juga membuat produk antikeriput dengan bahan dasar bisa ular.
Dalam waktu dekat, laboratorium ini bahkan akan mengembangkan produk perawatan kulit berupa scrubberisi serbuk berlian. Produk yang digunakan untuk mengangkat sel-sel kulit mati ini nantinya akan dipasarkan dengan harga sekitar Rp 836.000 tiap paket.