NING Penyu Hijau Raksasa LANGKA Nyaris Punah.
Suara hantaman ombak menggelegar memecah keheningan malam. Angin laut berhembus kencang merasuk ke dalam raga.
Temaram cahaya lampu senter menemani perjalanan di pesisir pantai yang gelap gulita. Kelembutan pasir pantai membuat setiap langkah lebih berat dibandingkan berjalan di tanah datar.
Sesosok makhluk dengan ukuran kurang lebih panjangnya 1 meter dengan lebar 50 cm terlihat sedang menggali pasir. Makhluk itu bernama Ning. Jangan berpikir bahwa Ning ini adalah manusia, tapi dia adalah seekor penyu hijau raksasa dengan berat badan sekitar 200 kg.
"Setiap penyu memang diberi nama. Untuk membedakannya bisa dilihat dari corak tempurung di mana setiap penyu memiliki ciri khas yang berbeda," ujar salah satu pemandu, Makmun (47) di Taman Pelestarian Penyu Pantai Pengumbahan, Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (26//12/2009).
Ketika didekati, Ning ternyata sedang bertelur. Jumlah telurnya bisa mencapai seratusan butir. Wajahnya tampak letih, hembusan nafasnya terdengar jelas bahkan sesekali terlihat tetesan air mata mengalir di pipinya yang bersisik.
Seperempat tubuhnya terpendam, keempat kakinya tidak berhenti mengais pasir untuk membuat lubang berdiamater 25 cm dengan kedalaman rata-rata 50 cm. Usianya diperkirakan 80 tahun.
"Butuh waktu sekitar 2 jam untuk melakukan proses bertelur," kata Makmun.
Seratusan butir telur mirip dengan bola pingpong itu ditimbunnya di dalam kehangatan pasir yang berjarak sekitar 50 meter dari bibir pantai. Waktu yang dibutuhkan telur-telur itu untuk menetas berkisar 55 hingga 60 hari dengan suhu sekitar 27 hingga 30 derajat celcius.
"Hasil penetasan mencapai 90 persen tingkat keberhasilannya," ujar pria yang sudah 10 tahun mencermati siklus bertelurnya penyu.
Usai menjalani tugasnya sebagai induk, Ning kembali ke lautan lepas. Dia meninggalkan telur-telurnya kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada alam dan takdir.
Penangkaran Telur Penyu
Keberadaan penyu hijau saat ini berada diambang kepunahan. Selain karena terancam oleh predator seperti biawak, burung laut dan ikan, hal yang paling mengancam keberadaan penyu-penyu itu adalah keserakahan manusia itu sendiri.
Sebagian masyarakat percaya telur penyu mampu meningkatkan stamina dan vitalitas. Daging penyu banyak dijadikan sup atau sate. Namun tanpa disadari, hal itu mengancam keberadaan penyu-penyu tersebut untuk terus berkembang biak.
Untuk menghindari ancaman itu, dibuatlah Taman Pelestarian Penyu Pengumbahan. Pusat konservasi yang baru satu tahun dikelola oleh Pemerintah Daerah Sukabumi ini menangkarkan telur-telur penyu agar terindar dari berbagai ancaman keberlangsungan kehidupan penyu hijau.
"Supaya menghindari predator, terutama manusia itu sendiri," tutup Makmun. DETIK.COM.
Suara hantaman ombak menggelegar memecah keheningan malam. Angin laut berhembus kencang merasuk ke dalam raga.
Temaram cahaya lampu senter menemani perjalanan di pesisir pantai yang gelap gulita. Kelembutan pasir pantai membuat setiap langkah lebih berat dibandingkan berjalan di tanah datar.
Sesosok makhluk dengan ukuran kurang lebih panjangnya 1 meter dengan lebar 50 cm terlihat sedang menggali pasir. Makhluk itu bernama Ning. Jangan berpikir bahwa Ning ini adalah manusia, tapi dia adalah seekor penyu hijau raksasa dengan berat badan sekitar 200 kg.
"Setiap penyu memang diberi nama. Untuk membedakannya bisa dilihat dari corak tempurung di mana setiap penyu memiliki ciri khas yang berbeda," ujar salah satu pemandu, Makmun (47) di Taman Pelestarian Penyu Pantai Pengumbahan, Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (26//12/2009).
Ketika didekati, Ning ternyata sedang bertelur. Jumlah telurnya bisa mencapai seratusan butir. Wajahnya tampak letih, hembusan nafasnya terdengar jelas bahkan sesekali terlihat tetesan air mata mengalir di pipinya yang bersisik.
Seperempat tubuhnya terpendam, keempat kakinya tidak berhenti mengais pasir untuk membuat lubang berdiamater 25 cm dengan kedalaman rata-rata 50 cm. Usianya diperkirakan 80 tahun.
"Butuh waktu sekitar 2 jam untuk melakukan proses bertelur," kata Makmun.
Seratusan butir telur mirip dengan bola pingpong itu ditimbunnya di dalam kehangatan pasir yang berjarak sekitar 50 meter dari bibir pantai. Waktu yang dibutuhkan telur-telur itu untuk menetas berkisar 55 hingga 60 hari dengan suhu sekitar 27 hingga 30 derajat celcius.
"Hasil penetasan mencapai 90 persen tingkat keberhasilannya," ujar pria yang sudah 10 tahun mencermati siklus bertelurnya penyu.
Usai menjalani tugasnya sebagai induk, Ning kembali ke lautan lepas. Dia meninggalkan telur-telurnya kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada alam dan takdir.
Penangkaran Telur Penyu
Keberadaan penyu hijau saat ini berada diambang kepunahan. Selain karena terancam oleh predator seperti biawak, burung laut dan ikan, hal yang paling mengancam keberadaan penyu-penyu itu adalah keserakahan manusia itu sendiri.
Sebagian masyarakat percaya telur penyu mampu meningkatkan stamina dan vitalitas. Daging penyu banyak dijadikan sup atau sate. Namun tanpa disadari, hal itu mengancam keberadaan penyu-penyu tersebut untuk terus berkembang biak.
Untuk menghindari ancaman itu, dibuatlah Taman Pelestarian Penyu Pengumbahan. Pusat konservasi yang baru satu tahun dikelola oleh Pemerintah Daerah Sukabumi ini menangkarkan telur-telur penyu agar terindar dari berbagai ancaman keberlangsungan kehidupan penyu hijau.
"Supaya menghindari predator, terutama manusia itu sendiri," tutup Makmun. DETIK.COM.