Hotel Tertua Di Jakarta. Siapa sih yang tidak suka tinggal di hotel. Kamarnya nyaman, makanannya enak, suasananya tenang dan dilayani secara profesional.
Namun bagaimana ya rasanya bermalam di hotel yang berumur lebih dari 130 tahun? Wah tentu saja menimbulkan sensasi tersendiri :) Penasaran, bergidik, merinding, takjub, pokoknya campur sari! Jadi ingat film Ghostbuster di tahun 1980-an. Berbagai profil makhluk halus langsung terbayang seperti yang ditonjolkan dalam movie box office Hollywood tersebut.
Saya pribadi sangat menyukai bangunan unik tempo doeloe. Terbayang dengan model aksitektur klasik Eropa, jendela lebar untuk mengademi bagian dalam ruangan dan mungkin banyak lorong-lorong rahasianya ya. Ada keinginan merasakan "suasana" yang pernah dan sudah terbentuk lebih dari satu abad. Pastinya berbeda dengan bangunan modern yang cenderung membawa kehampaan. Tetapi ini sangat relatif ya.
Kalau memang hotel lawas yang diinapi berhantu, itu adalah additional service alias jasa tambahan. Free of charge! Gratis! Tak ada yang dapat kita lakukan selain menikmatinya saja :)
Dan inilah hotel tertua di Jakarta ex Batavia. Benarkah ada hantunya?
Hotel Sriwijaya, Hotel Tertua di Jakarta
PERNAH dengar nama Hotel Sriwijaya? Hotel ini ada di pojokan Jalan Veteran dan Jalan Veteran I, Jakarta Pusat. Dilihat dari Stasiun Juanda, hotel ini berada di sisi kanan tak jauh dari Masjid Istiqlal. Tembok hotel ini memanjang hingga ke Jalan Veteran I mendekati kedai es krim Ragusa.
Bisa jadi ada banyak orang yang tak tahu bahwa hotel di pojokan Jalan Veteran itu adalah hotel lawas yang berawal sejak 1872 bahkan agak sedikit mundur ke belakang, 1863. Adalah Conrad Alexander Willem Cavadino atau CAW Cavadino yang memulai usaha restoran dan kue di tahun 1863.
Tempat usaha ini dibangun persis di pojokan Rijswijk (Jalan Veteran) dan Citadelweg (Jalan Veteran I). Di tahun 1872 Restoran Cavadino berubah menjadi Hotel Cavadino sementara usaha ritelnya dilakukan di sebuah tempat usaha bernama Toko Cavadino yang berada di depan bangunan hotel.
Dari sebuah iklan di tahun 1894, Toko Cavadino disebut sebagai toko yang menyediakan permen; cokelat; cerutu Havana, Belanda dan Manila; hingga bir, anggur, dan minuman beralkohol lainnya.
Bahkan, begitu terkenalnya usaha ini sampai-sampai jembatan di depan hotel ini dinamakan Jembatan Cavadino (Cavadino Bridge). Jembatan itu kini berada di samping Hotel Sriwijaya, sejajar dengan pintu masuk ke hotel tersebut.
Dari foto lama yang terpampang di dalam hotel ini dan juga dari foto koleksi KITLV, Leiden, yang ditampilkan oleh Scott Merrillees dalam buku Batavia in Nineteenth Century Photographs bangunan hotel dan toko kue terpisah. Posisi bangunan Hotel Cavadino, yang kini jadi Hotel Sriwijaya, terlihat berada di pojokan jalan yang masih sangat sepi dengan dua jalur trem di depannya. Sedangkan Toko Cavadino - berada di sisi kanan - kini menjadi restoran dan masih menjadi bagian dari Hotel Sriwijaya yang dimiliki Ama Al Jufri.
Usaha toko dan hotel berjalan terus hingga akhir abad 19. Merrillees mencatat, sebenarnya CAW Cavadino tak lagi sebagai warga Batavia sejak 1870 meskipun demikian, usahanya tetap menggunakan nama Cavadino & Co. Hotel Cavadino bertahan hingga 1898, sejak 1899 hotel itu berubah nama menjadi Hotel du Lion d'Or. Di tahun 1941 hotel itu sudah berubah nama lagi menjadi Park Hotel. Nah, diperkirakan sekitar pertengahan tahun 1950-an nama hotel itu berubah menjadi Hotel Sriwijaya.
Nama hotel itu tetap hingga kini. Menurut Burhanudin dan Andreas Yoan, sekuriti hotel yang sudah bekerja selama 15 dan 11 tahun, hotel ini dimiliki oleh Al Jufri sejak sekitar 1975. Bangunan lama kemudian terpaksa diubah tahun 1999 karena kondisi kayu jati yang sudah dimakan rayap. "Takutnya malah roboh," kata Andreas.
Halaman depan hotel itu kini adalah bagian samping hotel di masa silam. Di lobi hotel seluas sekitar 5.000 m2 ini, terpambang gambar-gambar kuno Hotel Cavadino dan Toko Cavadino beserta sejarahnya. Tak hanya itu, ternyata di dinding bagian dalam juga berjajar foto-foto tempat dan gedung bersejarah di Batavia.
Meski sebagian besar bangunan lama sudah tak lagi tampak, sudah diganti bahan baru dengan penambahan di sana-sini tapi setidaknya jejak hotel dari masa kolonial itu masih dipertahankan hingga kini bahkan satu-satunya di Jakarta. (Kutip: kompas.com)
Nah jadi penasaran kan tinggal di hotel ini. The only one lho! Jangan lupa bawa kamera..siapa tahu ada "gambar" menarik menanti :) Selamat berwisata!
Namun bagaimana ya rasanya bermalam di hotel yang berumur lebih dari 130 tahun? Wah tentu saja menimbulkan sensasi tersendiri :) Penasaran, bergidik, merinding, takjub, pokoknya campur sari! Jadi ingat film Ghostbuster di tahun 1980-an. Berbagai profil makhluk halus langsung terbayang seperti yang ditonjolkan dalam movie box office Hollywood tersebut.
Saya pribadi sangat menyukai bangunan unik tempo doeloe. Terbayang dengan model aksitektur klasik Eropa, jendela lebar untuk mengademi bagian dalam ruangan dan mungkin banyak lorong-lorong rahasianya ya. Ada keinginan merasakan "suasana" yang pernah dan sudah terbentuk lebih dari satu abad. Pastinya berbeda dengan bangunan modern yang cenderung membawa kehampaan. Tetapi ini sangat relatif ya.
Kalau memang hotel lawas yang diinapi berhantu, itu adalah additional service alias jasa tambahan. Free of charge! Gratis! Tak ada yang dapat kita lakukan selain menikmatinya saja :)
Dan inilah hotel tertua di Jakarta ex Batavia. Benarkah ada hantunya?
Hotel Sriwijaya, Hotel Tertua di Jakarta
PERNAH dengar nama Hotel Sriwijaya? Hotel ini ada di pojokan Jalan Veteran dan Jalan Veteran I, Jakarta Pusat. Dilihat dari Stasiun Juanda, hotel ini berada di sisi kanan tak jauh dari Masjid Istiqlal. Tembok hotel ini memanjang hingga ke Jalan Veteran I mendekati kedai es krim Ragusa.
Bisa jadi ada banyak orang yang tak tahu bahwa hotel di pojokan Jalan Veteran itu adalah hotel lawas yang berawal sejak 1872 bahkan agak sedikit mundur ke belakang, 1863. Adalah Conrad Alexander Willem Cavadino atau CAW Cavadino yang memulai usaha restoran dan kue di tahun 1863.
Tempat usaha ini dibangun persis di pojokan Rijswijk (Jalan Veteran) dan Citadelweg (Jalan Veteran I). Di tahun 1872 Restoran Cavadino berubah menjadi Hotel Cavadino sementara usaha ritelnya dilakukan di sebuah tempat usaha bernama Toko Cavadino yang berada di depan bangunan hotel.
Dari sebuah iklan di tahun 1894, Toko Cavadino disebut sebagai toko yang menyediakan permen; cokelat; cerutu Havana, Belanda dan Manila; hingga bir, anggur, dan minuman beralkohol lainnya.
Bahkan, begitu terkenalnya usaha ini sampai-sampai jembatan di depan hotel ini dinamakan Jembatan Cavadino (Cavadino Bridge). Jembatan itu kini berada di samping Hotel Sriwijaya, sejajar dengan pintu masuk ke hotel tersebut.
Dari foto lama yang terpampang di dalam hotel ini dan juga dari foto koleksi KITLV, Leiden, yang ditampilkan oleh Scott Merrillees dalam buku Batavia in Nineteenth Century Photographs bangunan hotel dan toko kue terpisah. Posisi bangunan Hotel Cavadino, yang kini jadi Hotel Sriwijaya, terlihat berada di pojokan jalan yang masih sangat sepi dengan dua jalur trem di depannya. Sedangkan Toko Cavadino - berada di sisi kanan - kini menjadi restoran dan masih menjadi bagian dari Hotel Sriwijaya yang dimiliki Ama Al Jufri.
Usaha toko dan hotel berjalan terus hingga akhir abad 19. Merrillees mencatat, sebenarnya CAW Cavadino tak lagi sebagai warga Batavia sejak 1870 meskipun demikian, usahanya tetap menggunakan nama Cavadino & Co. Hotel Cavadino bertahan hingga 1898, sejak 1899 hotel itu berubah nama menjadi Hotel du Lion d'Or. Di tahun 1941 hotel itu sudah berubah nama lagi menjadi Park Hotel. Nah, diperkirakan sekitar pertengahan tahun 1950-an nama hotel itu berubah menjadi Hotel Sriwijaya.
Nama hotel itu tetap hingga kini. Menurut Burhanudin dan Andreas Yoan, sekuriti hotel yang sudah bekerja selama 15 dan 11 tahun, hotel ini dimiliki oleh Al Jufri sejak sekitar 1975. Bangunan lama kemudian terpaksa diubah tahun 1999 karena kondisi kayu jati yang sudah dimakan rayap. "Takutnya malah roboh," kata Andreas.
Halaman depan hotel itu kini adalah bagian samping hotel di masa silam. Di lobi hotel seluas sekitar 5.000 m2 ini, terpambang gambar-gambar kuno Hotel Cavadino dan Toko Cavadino beserta sejarahnya. Tak hanya itu, ternyata di dinding bagian dalam juga berjajar foto-foto tempat dan gedung bersejarah di Batavia.
Meski sebagian besar bangunan lama sudah tak lagi tampak, sudah diganti bahan baru dengan penambahan di sana-sini tapi setidaknya jejak hotel dari masa kolonial itu masih dipertahankan hingga kini bahkan satu-satunya di Jakarta. (Kutip: kompas.com)
Nah jadi penasaran kan tinggal di hotel ini. The only one lho! Jangan lupa bawa kamera..siapa tahu ada "gambar" menarik menanti :) Selamat berwisata!