Ternyata energi alternatif untuk menyalakan lampu adalah menggunakan DARAH! Isu hemat energi diharpkan menjadi perhatian yang lebih serius.
Pernahkah terpikir dalam benak Anda, setiap kali ingin menyalakan lampu kita harus berdarah terlebih dahulu? Andai jika darah menjadi satu-satunya sumber energi untuk menyalakan lampu, tentu kita akan berpikir dua kali untuk menggunakannya.
Adalah Mike Thompson, perancang asal Inggris yang tinggal di Belanda memiliki ide tersebut. Lampu tersebut berisi luminol, yaitu senyawa kimia yang umum digunakan para ilmuwan forensik untuk mendeteksi jejak atau sisa darah di tempat kejadian perkara.
Benarkah darah dapat digunakan sebagai energi alternatif menghidupkan lampu? Baca tuntas agar puas ya!
Darah, Energi Alternatif untuk Nyalakan Lampu
Luminol dapat bereaksi dengan senyawa zat besi dalam sel darah merah dan menghasilkan pancaran cahaya terang berwarna biru. Untuk menggunakannya, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencampurkan luminol ke dalam bubuk aktivasi dalam sebuah gelas kaca. Kemudian, sebagian gelas itu dipecahkan dan teteskan darah ke dalam bubuk tersebut maka zat akan bercampur dan bereaksi menghasilkan cahaya lampu.
LiveScience, Minggu (25/10/2009) melansir, ide gila ini didapatkan Thompson beberapa tahun lalu saat menjalani studi program master Design Academy Eindhoven, Belanda.
Saat itu dia tengah melakukan penelitian mengenai energi kimia untuk proyek tersebut, dan mempelajari kegunaan luminol.
"Dalam benak saya selalu terbayang bahwa energi menjadi sesuatu yang mahal. Saya berharap penelitian ini dapat membuat paradigma berpikir kita mengenai cara menggunakan energi," kata Thompson.
Lebih lanjut Thompson menyebutkan, penelitiannya ditujukan 'menantang persepsi manusia dalam menelaah darimana sumber energi kita berasal?. Menurutnya, hal ini mampu memaksa penggunanya untuk berpikir ulang, bahwa selama ini telah sering terjadi pemborosan energi dan betapa berharganya energi yang kita pakai.
Fakta bahwa lampu ciptaan Thompson tersebut bersifat sekali pakai, menjadikannya semakin pantas untuk jadi bahan renungan.
"Anda harus benar-benar mempertimbangkannya dengan matang sebelum memutuskan kapan menggunakan lampu tersebut. Pasalnya, dia hanya bisa digunakan satu kali. Hal itu membuat kita merasa sayang melakukan pemborosan," tandas Thompson.
Pernahkah terpikir dalam benak Anda, setiap kali ingin menyalakan lampu kita harus berdarah terlebih dahulu? Andai jika darah menjadi satu-satunya sumber energi untuk menyalakan lampu, tentu kita akan berpikir dua kali untuk menggunakannya.
Adalah Mike Thompson, perancang asal Inggris yang tinggal di Belanda memiliki ide tersebut. Lampu tersebut berisi luminol, yaitu senyawa kimia yang umum digunakan para ilmuwan forensik untuk mendeteksi jejak atau sisa darah di tempat kejadian perkara.
Benarkah darah dapat digunakan sebagai energi alternatif menghidupkan lampu? Baca tuntas agar puas ya!
Darah, Energi Alternatif untuk Nyalakan Lampu
Luminol dapat bereaksi dengan senyawa zat besi dalam sel darah merah dan menghasilkan pancaran cahaya terang berwarna biru. Untuk menggunakannya, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencampurkan luminol ke dalam bubuk aktivasi dalam sebuah gelas kaca. Kemudian, sebagian gelas itu dipecahkan dan teteskan darah ke dalam bubuk tersebut maka zat akan bercampur dan bereaksi menghasilkan cahaya lampu.
LiveScience, Minggu (25/10/2009) melansir, ide gila ini didapatkan Thompson beberapa tahun lalu saat menjalani studi program master Design Academy Eindhoven, Belanda.
Saat itu dia tengah melakukan penelitian mengenai energi kimia untuk proyek tersebut, dan mempelajari kegunaan luminol.
"Dalam benak saya selalu terbayang bahwa energi menjadi sesuatu yang mahal. Saya berharap penelitian ini dapat membuat paradigma berpikir kita mengenai cara menggunakan energi," kata Thompson.
Lebih lanjut Thompson menyebutkan, penelitiannya ditujukan 'menantang persepsi manusia dalam menelaah darimana sumber energi kita berasal?. Menurutnya, hal ini mampu memaksa penggunanya untuk berpikir ulang, bahwa selama ini telah sering terjadi pemborosan energi dan betapa berharganya energi yang kita pakai.
Fakta bahwa lampu ciptaan Thompson tersebut bersifat sekali pakai, menjadikannya semakin pantas untuk jadi bahan renungan.
"Anda harus benar-benar mempertimbangkannya dengan matang sebelum memutuskan kapan menggunakan lampu tersebut. Pasalnya, dia hanya bisa digunakan satu kali. Hal itu membuat kita merasa sayang melakukan pemborosan," tandas Thompson.