Ternyata garam dapat dijadikan sumber energi alternatif untuk baterai sekali pakai!
Bongkahan garam balok yang terlihat basah dan lembab mungkin nampak tidak menarik untuk dilihat maupun digunakan sebagai penambah bumbu dalam masakan.Namun jika Anda memotong dan menumpuknya sedemikian rupa, garam tersebut bisa menghasilkan sejumlah daya energi yang bisa membuat Anda terkesan.
Penemuan ini kemudian menjadi bekal pengetahuan bagi para ilmuwan di Swedia untuk menciptakan baterai berbahan dasar garam dan kertas yang bisa menghasilkan energi listrik sebesar satu volt.
Mereka berharap, setidaknya baterai dengan daya tak terlalu besar ini suatu hari bisa memberikan tenaga bagi sensor biodegradable atau sensor yang dapat hancur oleh bakteri.
"Kami ingin membuat sebuah baterai yang sangat sederhana dan menggunakan bahan yang sama pada kedua elektrodanya," kata Professor Leif Nyholm dari Uppsala University, Swedia seperti dikutip dari ABC News, Senin (19/10/2009).
Baac selengkapnya bagaimana cara membuat baterai sekali pakai menggunakan garam sebagai energi alternatif menghasilkan listrik.
Garam Bisa Jadi Baterai Sekali Pakai
"Untuk membuatnya sederhana, kami hanya menaruh NaCl yang merupakan senyawa garam pada kedua elektroda baterai," tambahnya.
Baterai yang diciptakan Nyholm dan timnya memiliki ukuran setipis kertas. Namun baterai tersebut terbuat dari banyak lapisan selulosa yang terbungkus dalam sebuah polimer konduktif setebal 50 nanometer dan diselipkan di antara lapisan kertas penyaring.
Kemudian, sedikit air akan membantu ion chlorine mengarah pada elektroda negatif sementara elektron menuju elektroda positif.
Keseluruhan baterai rakitan dengan ketebalan hanya beberapa milimeter ini terbungkus dalam plastik. Menurut Nyholm, semakin banyak tumpukan garam maka akan semakin besar daya yang dihasilkan.
Nyholm juga menyebutkan, baterai garam dan kertas ini tidak memiliki daya sebesar baterai yang berbahan lithium, kobalt atau nikel. Namun menurutnya, baterai ini dapat mengisi ulang tenaga lebih cepat.
Itu sebabnya, baterai ini tidak bisa digunakan untuk laptop atau ponsel. Baterai yang merupakan komponen ramah lingkungan ini lebih cocok digunakan untuk perangkat seperti sensor yang memonitor temperatur serta kelembaban udara. okezone
Bongkahan garam balok yang terlihat basah dan lembab mungkin nampak tidak menarik untuk dilihat maupun digunakan sebagai penambah bumbu dalam masakan.Namun jika Anda memotong dan menumpuknya sedemikian rupa, garam tersebut bisa menghasilkan sejumlah daya energi yang bisa membuat Anda terkesan.
Penemuan ini kemudian menjadi bekal pengetahuan bagi para ilmuwan di Swedia untuk menciptakan baterai berbahan dasar garam dan kertas yang bisa menghasilkan energi listrik sebesar satu volt.
Mereka berharap, setidaknya baterai dengan daya tak terlalu besar ini suatu hari bisa memberikan tenaga bagi sensor biodegradable atau sensor yang dapat hancur oleh bakteri.
"Kami ingin membuat sebuah baterai yang sangat sederhana dan menggunakan bahan yang sama pada kedua elektrodanya," kata Professor Leif Nyholm dari Uppsala University, Swedia seperti dikutip dari ABC News, Senin (19/10/2009).
Baac selengkapnya bagaimana cara membuat baterai sekali pakai menggunakan garam sebagai energi alternatif menghasilkan listrik.
Garam Bisa Jadi Baterai Sekali Pakai
"Untuk membuatnya sederhana, kami hanya menaruh NaCl yang merupakan senyawa garam pada kedua elektroda baterai," tambahnya.
Baterai yang diciptakan Nyholm dan timnya memiliki ukuran setipis kertas. Namun baterai tersebut terbuat dari banyak lapisan selulosa yang terbungkus dalam sebuah polimer konduktif setebal 50 nanometer dan diselipkan di antara lapisan kertas penyaring.
Kemudian, sedikit air akan membantu ion chlorine mengarah pada elektroda negatif sementara elektron menuju elektroda positif.
Keseluruhan baterai rakitan dengan ketebalan hanya beberapa milimeter ini terbungkus dalam plastik. Menurut Nyholm, semakin banyak tumpukan garam maka akan semakin besar daya yang dihasilkan.
Nyholm juga menyebutkan, baterai garam dan kertas ini tidak memiliki daya sebesar baterai yang berbahan lithium, kobalt atau nikel. Namun menurutnya, baterai ini dapat mengisi ulang tenaga lebih cepat.
Itu sebabnya, baterai ini tidak bisa digunakan untuk laptop atau ponsel. Baterai yang merupakan komponen ramah lingkungan ini lebih cocok digunakan untuk perangkat seperti sensor yang memonitor temperatur serta kelembaban udara. okezone