Ternyata Burung Gagak Banggai Sulawesi hewan yang dianggap punah 100 tahun lamanya masih hidup di habitat aslinya! Sayangnya sekarang jadi spesies langka dan diambang kepunahan. Mungkin kalo dicari, burung Dodo asli Australia mungkin masih ada yang hidup ya di suatu pulau nan jauh.
Diberitakan oleh Kompas, Gagak banggai (Corvus unicolor) yang dikira telah punah sejak seabad lalu ternyata masih ditemukan di habitat aslinya. Burung tersebut adalah salah satu spesies gagak khas Indonesia yang hidup di Pulau Peleng, Sulawesi.
Selama ini, para ilmuwan hanya mengetahui jejak kehidupan gagak tersebut dari dua ekor spesimennya yang ditangkap tahun 1900. Kedua sampel gagak Banggai itu disimpan di Museum Sejarah Alam Amerika di New York.
Namun, pada tahun 2007, seorang ilmuwan dari Universitas Indonesia bernama Mochamad Indrawan menemukanya kembali di habitat yang sama. Spesimen tersebut kemudian dikirim kepada Pamela Rasmussen, ahli zoologi dari Michigan State University untuk dicocokkan dengan spesies lain yang selama ini disimpan.
Baca artikel lebih lengkap tentang Gagak Banggai asli Sulawesi Indonesia belum punah setelah seabad hilang di muka bumi.
Seabad Punah, Gagak Banggai Khas Sulawesi Ternyata Masih Ada
Rasmussen kemudian membandingkan spesimen yang baru dengan dua sampel yang berusia lebih dari satu abad. Hasil penelitian memastikan bahwa spesiemen-spesimen tersebut dari satu spesies bukan anggota dari gagak hitam spesies lainnya Corvus enca.
"Analisis morfometrik yang saya lakukan, menunjukkan dari empat ekor spesimen yang kami tangkap, jelas berbeda dari spesimen enca. Kami juga menemukan kedua taksonomi tersebut mempunyai perbedaan warna mata, ciri yang penting untuk membedakan gagak," kata Rasmussen. Keempat spesimen gagak Banggai yang baru ditemukan ini saat ini disimpan sebagai koleksi Museum Zoologi Bogor di Cibinong.
Sejak gagak Banggia ditemukan kembali, banyak pengamat burung di Pegunungan Peleng yang mulai merekam keberadaannya baik dalam foto maupun video. Sebuah foto gagak Bangai bahkan telah muncul minggu ini dalam buku "Handbook of the Birds of the World".
Mochamad Indrawan dari Universitas Indonesia, yang mempelopori penemuan ini, mulai fokus untuk melestarikan spesies langka, yang sering diburu oleh warga lokal. Termasuk merekomendasi untuk menjaga hutan sebagai habitat hewan tersebut melalui sistem agrikultural yang berkelanjutan, atau mungkin dengan eko-tourism, untuk mencukupi kebutuhan hidup para warga lokal.
Diberitakan oleh Kompas, Gagak banggai (Corvus unicolor) yang dikira telah punah sejak seabad lalu ternyata masih ditemukan di habitat aslinya. Burung tersebut adalah salah satu spesies gagak khas Indonesia yang hidup di Pulau Peleng, Sulawesi.
Selama ini, para ilmuwan hanya mengetahui jejak kehidupan gagak tersebut dari dua ekor spesimennya yang ditangkap tahun 1900. Kedua sampel gagak Banggai itu disimpan di Museum Sejarah Alam Amerika di New York.
Namun, pada tahun 2007, seorang ilmuwan dari Universitas Indonesia bernama Mochamad Indrawan menemukanya kembali di habitat yang sama. Spesimen tersebut kemudian dikirim kepada Pamela Rasmussen, ahli zoologi dari Michigan State University untuk dicocokkan dengan spesies lain yang selama ini disimpan.
Baca artikel lebih lengkap tentang Gagak Banggai asli Sulawesi Indonesia belum punah setelah seabad hilang di muka bumi.
Seabad Punah, Gagak Banggai Khas Sulawesi Ternyata Masih Ada
Rasmussen kemudian membandingkan spesimen yang baru dengan dua sampel yang berusia lebih dari satu abad. Hasil penelitian memastikan bahwa spesiemen-spesimen tersebut dari satu spesies bukan anggota dari gagak hitam spesies lainnya Corvus enca.
"Analisis morfometrik yang saya lakukan, menunjukkan dari empat ekor spesimen yang kami tangkap, jelas berbeda dari spesimen enca. Kami juga menemukan kedua taksonomi tersebut mempunyai perbedaan warna mata, ciri yang penting untuk membedakan gagak," kata Rasmussen. Keempat spesimen gagak Banggai yang baru ditemukan ini saat ini disimpan sebagai koleksi Museum Zoologi Bogor di Cibinong.
Sejak gagak Banggia ditemukan kembali, banyak pengamat burung di Pegunungan Peleng yang mulai merekam keberadaannya baik dalam foto maupun video. Sebuah foto gagak Bangai bahkan telah muncul minggu ini dalam buku "Handbook of the Birds of the World".
Mochamad Indrawan dari Universitas Indonesia, yang mempelopori penemuan ini, mulai fokus untuk melestarikan spesies langka, yang sering diburu oleh warga lokal. Termasuk merekomendasi untuk menjaga hutan sebagai habitat hewan tersebut melalui sistem agrikultural yang berkelanjutan, atau mungkin dengan eko-tourism, untuk mencukupi kebutuhan hidup para warga lokal.