Gempa susulan paska gempa Maluku 7,3SR Oktober 2009 dipantau BMKG.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika(BMKG) Maluku tetap memantau perkembangan gempa berkekuatan 7,3 Skala Richter(SR) yang menguncang daerah ini pada Sabtu malam(24/10), sekitar pukul 23.40 WIT. Pemantauan itu dilakukan guna mengantisipasi kemungkinan terjadi getaran susulan yang tidak bisa diperkirakan kejadiannya. "Kami intensif melakukan pemantauan sejak guncangan gempa yang terasa hingga di Australia Utara. Syukurlah setelah getaran susulan pada Minggu(25/10 sebanyak dua kali, ternyata hingga Senin pagi tidak lagi," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Maluku, Irwan Slamet, ketika dikonfirmasi ANTARA, di Ambon, Senin (26/10).
Untungnya dua gempa tektonik susulan yang kembali mengguncang Maluku, Minggu, tidak dirasakan warga setempat. Berdasarkan data BKMG Maluku, gempa pertama berkekuatan 5,3 Skala Richter(SR) pada kedalaman 39 kilometer berjarak 151 km Barat Daya Tual, sekitar pukul 09.35 WIT, atau pada posisi 6,69 Lintang Selatan dan 131,97 Bujur Timur. Sedangkan gempa kedua berkekuatan 5,3 SR berpusat 228 km barat laut Saumlaki kedalaman 125 km pada posisi 7,52 Lintang Selatan - 129,31 Bujur Timur, Minggu siang, sekitar pukul 14.00 WIT tidak dirasakan warga setempat.
Baca perkembangan terakhir pemantauan kemungkinan gempa susulan paska gempa bumi 7,3 SR Saumlaki Maluku 2009
BMKG Pantau Perkembangan Gempa 7,3 SR
Sebelumnya BMKG Maluku juga menyatakan gempa cukup besar berkekuatan 7,3 SR di Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Maluku Barat Daya (MBD) tepatnya berjarak 209 km Barat Laut Saumlaki dengan kedalamam 165 km pada posisi 6.23 LS - 130.60 BT, Sabtu malam (24/10), sekitar pukul 23.40 WIT. "Gempa susulan pada Minggu(25/10) itu merupakan efek dari guncangan kuat pada Sabtu malam (24/10). Memang tercatat di peralatan BMKG Maluku getarannya, hanya saja tidak dirasakan masyarakat karena itu gempa susulan untuk penyeimbang," ujar Irwan.
Dia mengatakan, pemantauan dampak gempa di Maluku dilakukan BMKG setempat secara intensif selama 24 jam dengan membagi tugas jaga tiga kali sehari pada setiap delapan jam. "Staf BMKG Maluku siaga dari pagi hingga sore, sore hingga tengah malam, selanjutnya tugas hingga pagi hari karena Maluku tergolong daerah rawan terjadi gempa,"kata Irwan.
Dia menganalisis gempa berkekuatan 7,3 SR itu diduga kuat terjadi akibat adanya pertemuan empat lempengan bumi yang saling berhimpitan. "Kami menduga gempa tersebut diduga akibat adanya satgaksen atau penajaman yang diakibatkan pergeseran lempeng Hindia atau Indoaustralia dengan lempengan Euroasia atau lempeng pasifik," ujar Irwan.
Menurut dia, Kota Saumlaki yang terletak di Pulau Yamdena, Kabupeten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan perairan laut Banda biasanya menjadi tempat pertemuan lempengan bumi yang saling menekan sehingga lokasi ini menjadi tempat tercatat paling aktif dilanda guncangan gempa tektonik. Irwan menjelaskan lempeng pasifik bergerak ke arah barat, lempeng Hindia bergerak ke arah utara, kemudian lempeng Asia ke arah selatan, terjadi pertemuan di kawasan laut Banda sampai ke perairan Maluku Tenggara.
"Untungnya daerah yang biasanya aktif dilanda gempa tektonik ini selalu terjadi di laut dalam dengan pusat gempa mencapai lebih dari 100 km di bawah permukaan laut sehingga tidak terlalu membahayakan penduduk di gugusan pulau-pulau Seram bagian selatan, Banda, Teon, Nila, Serua sampai ke gugusan pulau di kawasan Maluku Tenggara, Kepulauan Aru, MTB dan Maluku Barat Daya," katanya.
Sejak Agustus hingga pekan terakhir Oktober 2009 , kawasan MTB dan perairan laut Banda sudah diguncang gempa tektonik lebih dari tujuh kali dengan kekuatan bervariasi antara 5,1 SR sampai 7,3 SR. Republika.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika(BMKG) Maluku tetap memantau perkembangan gempa berkekuatan 7,3 Skala Richter(SR) yang menguncang daerah ini pada Sabtu malam(24/10), sekitar pukul 23.40 WIT. Pemantauan itu dilakukan guna mengantisipasi kemungkinan terjadi getaran susulan yang tidak bisa diperkirakan kejadiannya. "Kami intensif melakukan pemantauan sejak guncangan gempa yang terasa hingga di Australia Utara. Syukurlah setelah getaran susulan pada Minggu(25/10 sebanyak dua kali, ternyata hingga Senin pagi tidak lagi," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Maluku, Irwan Slamet, ketika dikonfirmasi ANTARA, di Ambon, Senin (26/10).
Untungnya dua gempa tektonik susulan yang kembali mengguncang Maluku, Minggu, tidak dirasakan warga setempat. Berdasarkan data BKMG Maluku, gempa pertama berkekuatan 5,3 Skala Richter(SR) pada kedalaman 39 kilometer berjarak 151 km Barat Daya Tual, sekitar pukul 09.35 WIT, atau pada posisi 6,69 Lintang Selatan dan 131,97 Bujur Timur. Sedangkan gempa kedua berkekuatan 5,3 SR berpusat 228 km barat laut Saumlaki kedalaman 125 km pada posisi 7,52 Lintang Selatan - 129,31 Bujur Timur, Minggu siang, sekitar pukul 14.00 WIT tidak dirasakan warga setempat.
Baca perkembangan terakhir pemantauan kemungkinan gempa susulan paska gempa bumi 7,3 SR Saumlaki Maluku 2009
BMKG Pantau Perkembangan Gempa 7,3 SR
Sebelumnya BMKG Maluku juga menyatakan gempa cukup besar berkekuatan 7,3 SR di Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Maluku Barat Daya (MBD) tepatnya berjarak 209 km Barat Laut Saumlaki dengan kedalamam 165 km pada posisi 6.23 LS - 130.60 BT, Sabtu malam (24/10), sekitar pukul 23.40 WIT. "Gempa susulan pada Minggu(25/10) itu merupakan efek dari guncangan kuat pada Sabtu malam (24/10). Memang tercatat di peralatan BMKG Maluku getarannya, hanya saja tidak dirasakan masyarakat karena itu gempa susulan untuk penyeimbang," ujar Irwan.
Dia mengatakan, pemantauan dampak gempa di Maluku dilakukan BMKG setempat secara intensif selama 24 jam dengan membagi tugas jaga tiga kali sehari pada setiap delapan jam. "Staf BMKG Maluku siaga dari pagi hingga sore, sore hingga tengah malam, selanjutnya tugas hingga pagi hari karena Maluku tergolong daerah rawan terjadi gempa,"kata Irwan.
Dia menganalisis gempa berkekuatan 7,3 SR itu diduga kuat terjadi akibat adanya pertemuan empat lempengan bumi yang saling berhimpitan. "Kami menduga gempa tersebut diduga akibat adanya satgaksen atau penajaman yang diakibatkan pergeseran lempeng Hindia atau Indoaustralia dengan lempengan Euroasia atau lempeng pasifik," ujar Irwan.
Menurut dia, Kota Saumlaki yang terletak di Pulau Yamdena, Kabupeten Maluku Tenggara Barat (MTB) dan perairan laut Banda biasanya menjadi tempat pertemuan lempengan bumi yang saling menekan sehingga lokasi ini menjadi tempat tercatat paling aktif dilanda guncangan gempa tektonik. Irwan menjelaskan lempeng pasifik bergerak ke arah barat, lempeng Hindia bergerak ke arah utara, kemudian lempeng Asia ke arah selatan, terjadi pertemuan di kawasan laut Banda sampai ke perairan Maluku Tenggara.
"Untungnya daerah yang biasanya aktif dilanda gempa tektonik ini selalu terjadi di laut dalam dengan pusat gempa mencapai lebih dari 100 km di bawah permukaan laut sehingga tidak terlalu membahayakan penduduk di gugusan pulau-pulau Seram bagian selatan, Banda, Teon, Nila, Serua sampai ke gugusan pulau di kawasan Maluku Tenggara, Kepulauan Aru, MTB dan Maluku Barat Daya," katanya.
Sejak Agustus hingga pekan terakhir Oktober 2009 , kawasan MTB dan perairan laut Banda sudah diguncang gempa tektonik lebih dari tujuh kali dengan kekuatan bervariasi antara 5,1 SR sampai 7,3 SR. Republika.