Mungkin inilah foto atau gambar remote control pengendali bom milik teroris di Indonesia. Bom yang memiliki ledakan yang sangat dahsyat dan menewaskan banyak orang pada tanggal 17 Juli 2009 di Hotel JW Marriott dan RItz-Carlton Jakarta.
Seumur hidup saya belum pernah melihat secar langsung pengedali remote ledakan bom jarak jauh. Walaupun sering nonton di film-film Hoollywood, yang katanya salah seorang artis terkenal dunia Indonesia asal Suroboyo, bentuk fisiknya tidak sama dengan gambar di samping ini.
Menilik standar operating procedure (SOP) yang biasanya diterapkan oleh teroris secara umum, untuk mensukseskan misi peledakan biasanya terdapat tim pendamping yang mengawasi orang yang ditugaskan sebagai pelaku bom bunuh diri. Kalau terdapat tanda-tanda keraguan si pemeran utama atau modus operandi telah tercium aparat keamanan, maka sang pengawas tak segan-segan menekan tombol "OK" untuk mengeksekusi secara jarak jauh!
Hal ini juga dinyatakan oleh mantan investigator bom Bali berikut ini.
Aksi Bom Bunuh Diri di Mariott Diback-up Pengendali di Luar Gedung
Kerja kelompok teroris yang meledakkan Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton tidak mungkin hanya berdua saja. Pasti ada pengendali dan pengawas yang memantau peristiwa dari luar gedung.
"Pada mayoritas kasus bom bunuh diri, kasus tidak pernah tunggal, ada back-up. Di detik-detik terakhir yang pengebom diback-up timer, dengan teman yang meledakkan dengan remote," kata mantan investigator bom Bali, Hermawan Sulistyo saat dihubungi melalui telepon, Jumat (24/7/2009).
Dia menyebut ini bukan tanpa alasan, beberapa peristiwa bom bunuh diri yang lalu pun demikian. Misalnya saja bom Kuningan di Kedubes Australia pada 2004 lalu, Noordin M Top dan Dr Azahari mengawasi aksi itu dari atas motor.
"Ya pasti ada back-up. Mereka bekerja 4-5 orang, dan teman-temannya pasti ada. Dan ada yang memegang pengendali remote," tambah Kiki, panggilan akrab Hermawan.
Menurut dia, para pengendali dan pengawas ini, berjaga-jaga bila pelaku bom bunuh diri tidak menarik picunya. "Pengawas selalu ada di antara mereka. Berjaga-jaga bila pembom grogi, biasanya mereka juga melihat keadaan setelah ledakan terjadi. Mereka ingin tahu efeknya," jelas dia.
Sumber: detiknews.com
Oh iya, gambar diatas cuma remote TV biasa kok, bukan foto remote control pengendali bom milik teroris di Indonesia :)
Seumur hidup saya belum pernah melihat secar langsung pengedali remote ledakan bom jarak jauh. Walaupun sering nonton di film-film Hoollywood, yang katanya salah seorang artis terkenal dunia Indonesia asal Suroboyo, bentuk fisiknya tidak sama dengan gambar di samping ini.
Menilik standar operating procedure (SOP) yang biasanya diterapkan oleh teroris secara umum, untuk mensukseskan misi peledakan biasanya terdapat tim pendamping yang mengawasi orang yang ditugaskan sebagai pelaku bom bunuh diri. Kalau terdapat tanda-tanda keraguan si pemeran utama atau modus operandi telah tercium aparat keamanan, maka sang pengawas tak segan-segan menekan tombol "OK" untuk mengeksekusi secara jarak jauh!
Hal ini juga dinyatakan oleh mantan investigator bom Bali berikut ini.
Aksi Bom Bunuh Diri di Mariott Diback-up Pengendali di Luar Gedung
Kerja kelompok teroris yang meledakkan Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton tidak mungkin hanya berdua saja. Pasti ada pengendali dan pengawas yang memantau peristiwa dari luar gedung.
"Pada mayoritas kasus bom bunuh diri, kasus tidak pernah tunggal, ada back-up. Di detik-detik terakhir yang pengebom diback-up timer, dengan teman yang meledakkan dengan remote," kata mantan investigator bom Bali, Hermawan Sulistyo saat dihubungi melalui telepon, Jumat (24/7/2009).
Dia menyebut ini bukan tanpa alasan, beberapa peristiwa bom bunuh diri yang lalu pun demikian. Misalnya saja bom Kuningan di Kedubes Australia pada 2004 lalu, Noordin M Top dan Dr Azahari mengawasi aksi itu dari atas motor.
"Ya pasti ada back-up. Mereka bekerja 4-5 orang, dan teman-temannya pasti ada. Dan ada yang memegang pengendali remote," tambah Kiki, panggilan akrab Hermawan.
Menurut dia, para pengendali dan pengawas ini, berjaga-jaga bila pelaku bom bunuh diri tidak menarik picunya. "Pengawas selalu ada di antara mereka. Berjaga-jaga bila pembom grogi, biasanya mereka juga melihat keadaan setelah ledakan terjadi. Mereka ingin tahu efeknya," jelas dia.
Sumber: detiknews.com
Oh iya, gambar diatas cuma remote TV biasa kok, bukan foto remote control pengendali bom milik teroris di Indonesia :)