Ternyata kemasan plastik aman tidak berbahaya lho sobat, bila tidak dipergunakan dan hanya disimpan saja di dalam lemari.
Akhir-akhir ini memang banyak berita yang menyebutkan bahwa terdapat bahaya terselubung dari kemasan plastik, terutama kresek untuk makanan. Bahaya kemasan plastik tersebut berasal dari proses daur ulang plastik yang tidak higinis.
Yang menarik adalah berdasarkan pengujian BPOM kemasan styrofoam aman digunakan karena residu monomer stirene-nya sangat kecil. Yang ini jujur saya baru tahu. Rahasia lain yang terungkap nih :)
Agar tidak setengah-setengah, berikut ini berita lengkapnya.
Bahaya Terselubung dari Kemasan Plastik
Kantung dan kemasan plastik memang murah, praktis, dan mudah didapat. Namun pengemas ini tidak selalu aman bagi kesehatan. Bahkan banyak yang mengandung racun berbahaya.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan. Hasil penelitian BPOM menyebutkan ada banyak jenis kemasan plastik berbahaya beredar di pasaran.
Sebagai lembaga yang bertanggung jawab, BPOM pun memperingatkan masyarakat agar berhati-hati dalam menggunakan kemasan plastik untuk makanan.
Menurut Kepala BPOM Husniah Rubiana Thamrin Akib, beberapa jenis kemasan plastik berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan termasuk diantaranya kantung plastik ‘kresek’ berwarna serta kemasan plastik berbahan dasar polistiren dan polivinil klorida (PVC).
Hasil penelitian BPOM mengungkap kalau kantung plastik ‘kresek’ banyak dibuat dari plastik bekas yang riwayat penggunaannya tidak jelas. Proses daur ulangnya pun tidak terjamin kebersihannya.
"Kita tidak tahu riwayat penggunaannya, bisa saja itu berasal dari bekas wadah limbah berbahaya seperti pestisida dan logam berat, limbah rumah sakit atau kotoran," kata Husnia.
Yang lebih menakutkan proses daur ulang plastik kresek ini kerap menggunakan bahan kimia tertentu yang belum tentu aman untuk kesehatan.
"Jadi, kalau mau mewadahi makanan siap santap dengan plastik `kresek` sebaiknya dilapisi dulu dengan bahan yang aman seperti daun atau kertas," papar Husniah.
Kemasan plastik berbahan PVC pun tidak sepenuhnya aman. Monomer vinil klorida pada PVC dapat terlepas ke dalam makanan bila berinteraksi dengan bahan yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas.
Pembuatan kemasan plastik PVC, kadang juga menggunakan penstabil berupa timbal (Pb), kadmium (Cd), dan timah putih (Sn) untuk mencegah kerusakan serta senyawa ester ptalat dan ester adipat untuk melenturkan.
Bahan-bahan tambahan itu bisa terlepas dan bercampur dengan makanan sehingga berisiko membahayakan kesehatan.
"Pb merupakan racun bagi ginjal, Cd racun bagi ginjal dan memicu kanker, senyawa ester ptalat dapat mengganggu sistem endokrin," jelasnya.
Sejauh ini BPOM telah melakukan pengujian terhadap 11 sampel kemasan plastik berbahan PVC dan menemukan satu diantaranya tidak memenuhi syarat karena residu timbalnya melebihi ambang batas maksimal.
"Satu jenis tutup kue tart plastik transparan berbentuk silinder dilengkapi alas warna hitam berbentuk lingkaran dengan diameter 28 sentimeter kandungan timbalnya 8,69 bagian per juta, harusnya maksimal satu bagian per juta," kata Husniah
Kemasan makanan styrofoam – merek dagang pabrik Dow Chemicals untuk produk berbahan dasar expandable polystyrene atau foamed polystyrene juga berisiko melepaskan bahan kimia yang bisa membahayakan kesehatan.
Monomer styrene yang tidak ikut bereaksi dapat terlepas bila bereaksi dengan makanan yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol dalam keadaan panas.
"Kalau residunya kecil tidak berbahaya. Residu monomer styrene tidak mengakibatkan gangguan kesehatan jika jumlahnya kurang dari 5.000 bagian per juta," katanya.
Ia mengatakan, untuk memastikan keamanan produk kemasan makanan berbahan plastik, BPOM melakukan sampling dan pengujian terhadap 17 jenis kemasan styrofoam.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua kemasan plastik styrofoam aman digunakan karena residu monomer stirene-nya hanya berkisar antara 10-30 bagian per juta.
"Meski demikian, jangan menggunakan kemasan ini dalam microwave dan jangan menggunakan kemasan yang sudah rusak atau berubah bentuk untuk mewadahi makanan yang berlemak/berminyak dalam keadaan panas," katanya.
Kemasan plastik yang paling banyak dan paling aman digunakan adalah yang terbuat dari polyethylene (PE) dan polyprophylene (PP). [L1].
Diambil dari: Inilah.com
Jadi, baca baik-baik artikelnya ya dan hati-hati dengan kalimat ternyata kemasan plastik aman tidak berbahaya :)
Akhir-akhir ini memang banyak berita yang menyebutkan bahwa terdapat bahaya terselubung dari kemasan plastik, terutama kresek untuk makanan. Bahaya kemasan plastik tersebut berasal dari proses daur ulang plastik yang tidak higinis.
Yang menarik adalah berdasarkan pengujian BPOM kemasan styrofoam aman digunakan karena residu monomer stirene-nya sangat kecil. Yang ini jujur saya baru tahu. Rahasia lain yang terungkap nih :)
Agar tidak setengah-setengah, berikut ini berita lengkapnya.
Bahaya Terselubung dari Kemasan Plastik
Kantung dan kemasan plastik memang murah, praktis, dan mudah didapat. Namun pengemas ini tidak selalu aman bagi kesehatan. Bahkan banyak yang mengandung racun berbahaya.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan. Hasil penelitian BPOM menyebutkan ada banyak jenis kemasan plastik berbahaya beredar di pasaran.
Sebagai lembaga yang bertanggung jawab, BPOM pun memperingatkan masyarakat agar berhati-hati dalam menggunakan kemasan plastik untuk makanan.
Menurut Kepala BPOM Husniah Rubiana Thamrin Akib, beberapa jenis kemasan plastik berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan termasuk diantaranya kantung plastik ‘kresek’ berwarna serta kemasan plastik berbahan dasar polistiren dan polivinil klorida (PVC).
Hasil penelitian BPOM mengungkap kalau kantung plastik ‘kresek’ banyak dibuat dari plastik bekas yang riwayat penggunaannya tidak jelas. Proses daur ulangnya pun tidak terjamin kebersihannya.
"Kita tidak tahu riwayat penggunaannya, bisa saja itu berasal dari bekas wadah limbah berbahaya seperti pestisida dan logam berat, limbah rumah sakit atau kotoran," kata Husnia.
Yang lebih menakutkan proses daur ulang plastik kresek ini kerap menggunakan bahan kimia tertentu yang belum tentu aman untuk kesehatan.
"Jadi, kalau mau mewadahi makanan siap santap dengan plastik `kresek` sebaiknya dilapisi dulu dengan bahan yang aman seperti daun atau kertas," papar Husniah.
Kemasan plastik berbahan PVC pun tidak sepenuhnya aman. Monomer vinil klorida pada PVC dapat terlepas ke dalam makanan bila berinteraksi dengan bahan yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas.
Pembuatan kemasan plastik PVC, kadang juga menggunakan penstabil berupa timbal (Pb), kadmium (Cd), dan timah putih (Sn) untuk mencegah kerusakan serta senyawa ester ptalat dan ester adipat untuk melenturkan.
Bahan-bahan tambahan itu bisa terlepas dan bercampur dengan makanan sehingga berisiko membahayakan kesehatan.
"Pb merupakan racun bagi ginjal, Cd racun bagi ginjal dan memicu kanker, senyawa ester ptalat dapat mengganggu sistem endokrin," jelasnya.
Sejauh ini BPOM telah melakukan pengujian terhadap 11 sampel kemasan plastik berbahan PVC dan menemukan satu diantaranya tidak memenuhi syarat karena residu timbalnya melebihi ambang batas maksimal.
"Satu jenis tutup kue tart plastik transparan berbentuk silinder dilengkapi alas warna hitam berbentuk lingkaran dengan diameter 28 sentimeter kandungan timbalnya 8,69 bagian per juta, harusnya maksimal satu bagian per juta," kata Husniah
Kemasan makanan styrofoam – merek dagang pabrik Dow Chemicals untuk produk berbahan dasar expandable polystyrene atau foamed polystyrene juga berisiko melepaskan bahan kimia yang bisa membahayakan kesehatan.
Monomer styrene yang tidak ikut bereaksi dapat terlepas bila bereaksi dengan makanan yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol dalam keadaan panas.
"Kalau residunya kecil tidak berbahaya. Residu monomer styrene tidak mengakibatkan gangguan kesehatan jika jumlahnya kurang dari 5.000 bagian per juta," katanya.
Ia mengatakan, untuk memastikan keamanan produk kemasan makanan berbahan plastik, BPOM melakukan sampling dan pengujian terhadap 17 jenis kemasan styrofoam.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua kemasan plastik styrofoam aman digunakan karena residu monomer stirene-nya hanya berkisar antara 10-30 bagian per juta.
"Meski demikian, jangan menggunakan kemasan ini dalam microwave dan jangan menggunakan kemasan yang sudah rusak atau berubah bentuk untuk mewadahi makanan yang berlemak/berminyak dalam keadaan panas," katanya.
Kemasan plastik yang paling banyak dan paling aman digunakan adalah yang terbuat dari polyethylene (PE) dan polyprophylene (PP). [L1].
Diambil dari: Inilah.com
Jadi, baca baik-baik artikelnya ya dan hati-hati dengan kalimat ternyata kemasan plastik aman tidak berbahaya :)