Apakah ada hubungannya antara sportivitas olahraga mucikari dan bandar narkoba? Jawabannya ada di benak petinggi klub sepakbola angota Liga Inggris Liverpool!
Sepakbola merupakan bagian dari olahraga yang sangat menjunjung tinggi kreativitas dan sportivitas. Seharusnya tidak ada unsur lain yang turut mewarnai jenis cabang olah raga yang kerap memunculkan berita-berita fenomenal seputar kehidupan pribadi para pemainnya dan nilai transfer bursa pemain yang sangat menghebohkan.
Kalau ternyata perkembangan sepakbola dihubungkan dengan kehidupan mucikari atau germo dan pengedar obat terlarang, maka hal ini cukup disayangkan dan patut direspon dengan sangat keras.
Hubungan antara mucikari sepakbola dan bandar narkoba yang sangat aneh ajaib dan tidak lucu dapat disimak dalam artikel berikut ini.
Mucikari dan Pengedar Narkoba Jadi Konsultan Liverpool
Harian Inggris, News of the World (NOTW), mengungkapkan, konsultan sistem penjualan tiket Liverpool, George Cullen, memiliki pekerjaan sampingan sebagai bandar narkoba sekaligus mucikari kelas kakap. Liverpool akan menyelidiki kebenaran berita itu sebelum mengambil tindakan apa pun.
Cullen selama ini dikenal punya relasi istimewa dengan pejabat Liverpool karena ia memang merupakan rekanan klub yang merancang sistem keamanan dan penjualan tiket elektronik. Sistem ini diakui Federasi Sepak Bola Inggris (FA) efektif mencegah suporter yang hobi bikin kerusuhan masuk stadion.
Namun, menurut investigasi NOTW, Cullen memiliki bisnis lain sebagai pengedar narkoba dan prostitusi kelas kakap. Tarif kencan dengan perempuan binaan Cullen adalah 150 poundsterling atau sekitar Rp 2,3 juta per jam.
"Saya membawa (kokain). (Harganya) 100 poundsterling per gram. Ini yang terbaik yang bisa Anda dapat. Kalau ini merupakan kokain murni, maka 100 poundsterling cukup murah. Bilang saja kepada saya, berapa yang Anda inginkan," ujarnya ketika ditemui wartawan NOTW yang menyamar, di Anfield.
Ketika wartawan itu menanyakan soal jasa layanan kencan, Cullen menawarkan nama dua orang gadis.
"Sarah dan Miley sedang dalam perjalanan (ke sini). Keduanya perempuan lokal, bukan orang Rusia," ujarnya.
Dalam penyelidikan itu, wartawan NOTW juga berhasil mengambil foto dan video. Barang bukti tersebut telah diserahkan kepada polisi. Meski begitu, NOTW juga memberikan kesempatan untuk mengonfirmasi hasil penyelidikan tersebut.
"Saya tak pernah menyuplai apa pun kepada Anda. Saya menyuplai kokain karena Anda meminta saya melakukannya. Saya melakukannya sebagai bantuan," kilah Cullen kepada NOTW.
Menanggapi hal tersebut, manajemen Liverpool mengaku akan bersikap serius dan ekstrem. Namun, demi menghindari kesalahpahaman, mereka akan melakukan penyelidikan internal sebelum menentukan langkah selanjutnya.
"George Cullen bukanlah pegawai klub ini. Ia adalah salah satu dari sejumlah kontraktor/ penyuplai yang kami pakai. Keahliannya adalah di bidang informasi-teknologi dan telekomunikasi. Klub ini akan melakukan penyelidikan sendiri," kata seorang juru bicara Liverpool.
Sepakbola merupakan bagian dari olahraga yang sangat menjunjung tinggi kreativitas dan sportivitas. Seharusnya tidak ada unsur lain yang turut mewarnai jenis cabang olah raga yang kerap memunculkan berita-berita fenomenal seputar kehidupan pribadi para pemainnya dan nilai transfer bursa pemain yang sangat menghebohkan.
Kalau ternyata perkembangan sepakbola dihubungkan dengan kehidupan mucikari atau germo dan pengedar obat terlarang, maka hal ini cukup disayangkan dan patut direspon dengan sangat keras.
Hubungan antara mucikari sepakbola dan bandar narkoba yang sangat aneh ajaib dan tidak lucu dapat disimak dalam artikel berikut ini.
Mucikari dan Pengedar Narkoba Jadi Konsultan Liverpool
Harian Inggris, News of the World (NOTW), mengungkapkan, konsultan sistem penjualan tiket Liverpool, George Cullen, memiliki pekerjaan sampingan sebagai bandar narkoba sekaligus mucikari kelas kakap. Liverpool akan menyelidiki kebenaran berita itu sebelum mengambil tindakan apa pun.
Cullen selama ini dikenal punya relasi istimewa dengan pejabat Liverpool karena ia memang merupakan rekanan klub yang merancang sistem keamanan dan penjualan tiket elektronik. Sistem ini diakui Federasi Sepak Bola Inggris (FA) efektif mencegah suporter yang hobi bikin kerusuhan masuk stadion.
Namun, menurut investigasi NOTW, Cullen memiliki bisnis lain sebagai pengedar narkoba dan prostitusi kelas kakap. Tarif kencan dengan perempuan binaan Cullen adalah 150 poundsterling atau sekitar Rp 2,3 juta per jam.
"Saya membawa (kokain). (Harganya) 100 poundsterling per gram. Ini yang terbaik yang bisa Anda dapat. Kalau ini merupakan kokain murni, maka 100 poundsterling cukup murah. Bilang saja kepada saya, berapa yang Anda inginkan," ujarnya ketika ditemui wartawan NOTW yang menyamar, di Anfield.
Ketika wartawan itu menanyakan soal jasa layanan kencan, Cullen menawarkan nama dua orang gadis.
"Sarah dan Miley sedang dalam perjalanan (ke sini). Keduanya perempuan lokal, bukan orang Rusia," ujarnya.
Dalam penyelidikan itu, wartawan NOTW juga berhasil mengambil foto dan video. Barang bukti tersebut telah diserahkan kepada polisi. Meski begitu, NOTW juga memberikan kesempatan untuk mengonfirmasi hasil penyelidikan tersebut.
"Saya tak pernah menyuplai apa pun kepada Anda. Saya menyuplai kokain karena Anda meminta saya melakukannya. Saya melakukannya sebagai bantuan," kilah Cullen kepada NOTW.
Menanggapi hal tersebut, manajemen Liverpool mengaku akan bersikap serius dan ekstrem. Namun, demi menghindari kesalahpahaman, mereka akan melakukan penyelidikan internal sebelum menentukan langkah selanjutnya.
"George Cullen bukanlah pegawai klub ini. Ia adalah salah satu dari sejumlah kontraktor/ penyuplai yang kami pakai. Keahliannya adalah di bidang informasi-teknologi dan telekomunikasi. Klub ini akan melakukan penyelidikan sendiri," kata seorang juru bicara Liverpool.